Kamis, 12 September 2019

Perlukah Kita Ikut Arisan?




Istilah arisan tidak asing bagi kita terutama para wanita. Dalam masyarakat kita, arisan adalah kegiatan mengumpulkan sejumlah iuran yang dikonversikan dalam bentuk uang pada periode tertentu oleh suatu kelompok yang dapat dikatakan sebagai anggota. Setiap anggota berhak menerima hasil pengumpulan iuran tersebut berdasarkan urutan hasil pengundian. Bagi kita sebagai masyarakat Indonesia rata-rata sudah mengenal budaya arisan dari kecil atau masa anak-anak. Saya pribadi sudah mulai mengikuti arisan sejak duduk di Sekolah Dasar. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah perlu kita mengikuti arisan? 

  1. Tujuan Arisan
Sebelum kita dapat menjawab pertanyaan tersebut, mari kita telaah apa yang menjadi tujuan kita dari mengikuti arisan. Setiap orang pasti mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Yang pertama, ada yang mengikuti arisan untuk tujuan bersosialisai, menjalin silahturahmi dan mencari kenalan baru. Yang kedua, ada yang mengikuti arisan dengan tujuan menabung. Pada golongan pertama mungkin tidak mempermasalahkan berapa iuran yang dibayar ataupun berapa yang akan diperoleh, yang penting mereka cocok dengan para anggota lainnya. Sedangkan untuk golongan yang kedua sangat memperhitungkan jumlah uang yang didapat dari arisan tersebut. 

  1. Jenis-jenis Arisan
Berikut ada beberapa jenis arisan yang dapat dipilih:

  1. Arisan uang 
Umumnya arisan dialkukan dengan cara mengumpulkan iuran dengan jumlah nominal tetap. Misalkan saja ada kelompok arisan beranggotakan 12 orang, iuran setiap bulan Rp 100.000 dimulai bulan Januari, pengundian tiap bulan hanya 1 (satu) orang. Maka dalam kelompok arisan tersebut setiap orang berhak mendapatkan hasil pengumpulan dana sebesar  Rp 1.200.000 atau 12 X Rp 100.000. Untuk urutan kapan seseorang mendapatkan hasil pengumpulan dana tersebut dalam tiap bulannya tergantung pada hasil undian. Undian ini biasanya dilakukan dengan cara membuat gulungan kertas kecil yang tiap gulungan tersebut berisi nama-nama anggotanya, kemudian ditaruh pada sebuah wadah yang ditutup dengan lubang kecil yang hanya bisa mengeluarkan 1 (satu) gulungan kertas. Nama yang sudah keluar disobek, sehingga yang tertinggal di wadah hanya yang belum dapat. Pada contoh di atas terlihat bahwa akan ada anggota yang menerima arisan pertama pada bulan Januari dan pasti ada yang menerima di bulan Desember sebagai penerima terakhir dengan jumlah uang yang sama yaitu Rp 1.200.000.


  1. Arisan Daging Sapi
Arisan ini dalam menentukan besaran iuran berdasarkan harga daging  sapi yang berlaku pada saat penarikan arisan dilaksanakan. Misalkan saja ada kelompok arisan beranggotakan 12 orang, iuran setiap bulan adalah 1 kilogram (kg) daging dimulai bulan Januari, pengundian tiap bulan hanya 1 (satu) orang. Maka dalam kelompok arisan tersebut setiap orang berhak mendapatkan hasil pengumpulan dana senilai 12 kg daging sapi. Jika pada bulan Januari harga daging per kg sebesar Rp 80.000, maka yang mendapat arisan pada putaran pertama akan memperoleh dana sebesar Rp 80.000 X 12 kg = Rp 96.000. Jika ternyata saat penarikan arisan pada bulan Desember harga daging naik menjadi Rp 90.000 per kg, maka tiap anggota harus membayar iuran sebesar Rp 90.000 dan yang mendapat arisan memperoleh dana sebesar Rp 90.000 X 12 kg = Rp 1.080.000.


  1. Arisan Emas
Arisan ini pada dasarnya sama dengan arisan daging sapi, hanya saja dalam menentukan besaran iuran didasarkan pada harga emas yang berlaku pada saat penarikan arisan dilaksanakan. Misalkan saja ada kelompok arisan beranggotakan 12 orang, iuran setiap bulan adalah 1  gram (gr) emas dimulai bulan Januari, pengundian tiap bulan hanya 1 (satu) orang. Maka dalam kelompok arisan tersebut setiap orang berhak mendapatkan hasil pengumpulan dana senilai 12 gr emas. Jika pada bulan Januari harga emas per gr sebesar Rp 500.000, maka yang mendapat arisan pada putaran pertama akan memperoleh dana sebesar Rp 500.000 X 12 gr = Rp 6.000.000. Jika ternyata saat penarikan arisan pada bulan Desember harga emas naik menjadi Rp 510.000 per gr, maka tiap anggota harus membayar iuran sebesar Rp 510.000 dan yang mendapat arisan memperoleh dana sebesar Rp 510.000 X 12 gr = Rp 6.120.000.


  1. Arisan Beras
Arisan ini pada dasarnya sama dengan arisan daging sapi dan emas,  hanya saja dalam menentukan besaran iuran didasarkan pada harga  beras yang jenisnya disepakati semua anggota dan berlaku pada saat penarikan arisan dilaksanakan. Misalkan saja ada kelompok arisan beranggotakan 12 orang, iuran setiap bulan adalah 1 kwintal beras dimulai bulan Januari, pengundian tiap bulan hanya 1 (satu) orang. Maka dalam kelompok arisan tersebut setiap orang berhak mendapatkan hasil pengumpulan dana senilai 12 kwintal beras saat namanya muncul dalam pengundian. 


  1. Nilai Uang Dari Waktu (Time Value Of Money)
Pengertian nilai uang dari waktu dapat tergambar pada saat kita memperoleh barang yang sama tetapi harus mengeluarkan jumlah uang yang lebih besar. Hal ini biasa kita kenal sebagai inflasi. Pada inflasi, uang yang kita punya nilainya akan turun bersamaan dengan bertambahnya waktu.
Sebagai Illustrasi lain untuk memahami nilai uang dari waktu adalah sebagai berikut:
Bila kita sebulan yang lalu meminjam uang Rp 10.000 dari bank dan bulan berikutnya (bulan ini) harus membayar Rp 10.100 karena bank membebankan bunga 1% perbulan. Maka dalam hal ini, secara finansial Rp 10.000 sebulan yang lalu sama dengan Rp 10.100 pada bulan ini (saat ini).
Pada illustrasi tersebut terlihat bahwa besaran nominal yang berbeda sebenarnya memiliki nilai yang sama. 


      Para wanita yang memilih peran sebagai Ibu Rumah Tangga ataupun mempunyai peran ganda sebagai pekerja dan siapa saja yang membutuhkan wadah bersosialisasi melalui arisan, hendaknya memilih kelompok arisan yang dirasa cocok dan memberikan manfaat yang dicari. Dan jika ingin mengikuti arisan dengan tujuan menabung lebih cocok memilih arisan yang memperhitungkan nilai uang disamping juga harus memperhatikan para anggotanya untuk kepastian kepercayaan. Bagi yang tidak mempunyai kedua tujuan tersebut harusnya tidak perlu mengikuti arisan.*) By: Yunie Sudiro.


Referensi:
I Nyoman Pujawan (1995); Ekonomi Teknik Edisi I; PT Widya Guna; Jakarta




Rabu, 04 September 2019

Pilih Diskon atau Harga Normal?




Diskon atau potongan harga dapat memberikan magnet bagi orang yang berada di sekitarnya. Diskon dapat membuat mereka yang sebelumnya hanya berniat window shopping menjadi benar-benar shopping. Daya tarik diskon sedemikian dasyat sehingga kadang sampai rumah kita menyesali apa yang kita beli karena ternyata tidak sesuai harapan bahkan ternyata tak begitu diperlukan. Untuk itu mari kita telaah mengenai diskon-diskon yang banyak ditawarkan agar kita bisa berfikir lebih jernih saat memutuskan untuk membeli barang yang didiskon.

  1. Diskon Bersyarat
Diskon ini biasanya banyak kita jumpai di minimarket dan supermarket. Seperti halnya yang saya alami pada suatu hari berbelanja di sebuah minimarket. Saat saya membayar di kasir, petugas kasir menawarkan penebusan Rp 5.000 untuk sebatang coklat yang harga normalnya Rp 13.600 karena total belanjaan saya mencapai Rp 50.000. Secara sekilas kita mengira bahwa potongan harga yang kita peroleh sebesar Rp 13.600 - Rp 5.000 = Rp 8.600  adalah 63% dari Rp 13.600. Padahal sebenarnya kita tidak memperoleh diskon sebesar itu, karena jika belanja kita tidak mencapai Rp 50.000 tidak dapat menebus coklat tersebut seharga Rp 5.000 tapi tetap harga normalnya, yaitu Rp 13.600. Dalam menghitung potongan secara keseluruhan harusnya menghitung semua total belanjaan kita karena dijadikan syarat untuk memperoleh diskon, yaitu:

Total belanja = Rp 50.000 + Rp 5.000 = Rp 55.000
Penghematan = Rp 8.600 = 15% dari Rp 55.000

Jadi penghematan sebenarnya yang kita peroleh hanya 15% bukan 63% seperti yang dipersepsikan kebanyakan orang.

  1. Diskon Ganda
Diskon ini biasanya banyak kita jumpai di departement store dan toko-toko baju di mall. Suatu saat saya pergi ke sebuah mall, dan langkah saya terhenti di depan sebuah departement store karena melihat tulisan “Diskon 40% + 30%”. Yang terlintas di benak saya saat itu adalah besarnya diskon yang diberikan oleh toko karena secara kasat mata diskon seolah-olah 70%. Mari kita cek apakah diskon yang kita persepsikan benar-benar sebesar itu?

Diskon 1 (harga asli 100%)
= 100% X 40% = 40%

Diskon 2 (harga setelah diskon 1 = 100% - 40% = 60%)
= 60% X 30% = 18%

Total diskon = 40% + 18% = 58%
Jadi yang secara kasat mata seolah-olah diskon sebesar 70% sebenarnya hanya sebesar 58%. 

Contoh: Misalkan saja saat itu saya membeli kemeja wanita dengan harga normal Rp 100.000. Mari kita hitung jumlah potongan harganya.

Diskon 1 = Rp 100.000 X 40%= Rp 40.000
Harga kemeja setelah diskon 1 = Rp 100.000 - Rp 40.000 = Rp 60.000

Diskon 2 =Rp 60.000 X 30%= Rp 18.000
Harga kemeja setelah diskon 2   = Rp 60.000 - Rp 18.000 = Rp 42.000

Jadi harga kemeja wanita di atas setelah mendapatkan diskon total sebesar Rp 42.000, penghematan atau diskonnya sebesar Rp 58.000 atau 58% dari Rp 100.000. Dalam kasus ini kita tetap diuntungkan dengan adanya penghematan sebesar 58%, tapi bukan 70% seperti yang dipersepsikan kebanyakan orang.

  1. Diskon Bertahap
Diskon ini biasanya banyak kita jumpai di departement store, toko-toko baju di mall, minimarket dan supermarket. Misalkan saja sebuah toko menawarkan diskon seperti berikut:
Pembelian ke 1: diskon 30%
Pembelian ke 2: diskon 60%

Sekilas tawaran diskon di atas terlihat 90%. Mari kita hitung, berapa sebenarnya potongan harga yang kita peroleh? Untuk mempermudah perhitungan coba kita aplikasikan pada contoh seperti pembelian kemeja wanita sebelumnya. Telah diketahui kemeja wanita dengan harga normal Rp 100.000. Mari kita hitung jumlah potongan harganya.

Pembelian ke 1
Harga normal = Rp 100.000
Diskon 30% = Rp 30.000
Harga setelah diskon = Rp 70.000

Pembelian ke 2
Harga normal = Rp 100.000
Diskon 60% = Rp 60.000
Harga setelah diskon = Rp 40.000

Total diskon = total penghematan = Rp 90.000 = 45% dari harga normal secara keseluruhan Rp 200.000.

Jadi harga kemeja wanita di atas setelah mendapatkan diskon total sebesar Rp 110.000, penghematan atau diskonnya sebesar Rp 90.000 atau 45% dari Rp 200.000. Dalam kasus ini kita tetap diuntungkan dengan adanya penghematan sebesar 45%, tapi bukan 90% seperti yang dipersepsikan kebanyakan orang.


Semua perusahaan pasti mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan setiap perusahaan mempunyai strategi pemasaran, salah satunya adalah memberikan diskon kepada konsumen. Sah-sah saja mereka membuat program untuk menarik konsumen agar membeli produknya. Hanya saja kita sebagai konsumen sendiri yang harus jeli sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk yang telah didiskon tersebut, apakah kita benar-benar membutuhkannya? Jika memang tidak dibutuhkan sebaiknya kita tak perlu tergoda untuk membelinya. Beli saja  produk yang sedang dibutuhkan meskipun saat itu harganya normal atau tidak didiskon. *) By: Yunie Sudiro.


Referensi:
Ahmad Gozali (2005); Cashflow For Woman; Menjadikan Perempuan Sebagai Manajer  Keuangan Keluarga Paling Top; Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika); Jakarta.

Rabu, 14 Agustus 2019

Peran Manajemen dalam Keluarga



Pengaturan adalah kata yang sering kita dengar sebagai kata sepadan dari manajemen untuk mempermudah pemahaman dari kata manajemen itu sendiri. Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang manajemen dalam suatu organisasi. Setelah itu kita baru dapat menentukan apa pentingnya manajemen dalam sebuah keluarga.

  1. Manajemen
Mengingat kembali definisi organisasi yang telah saya sebutkan pada tulisan sebelumnya yang berjudul: “Apakah Keluarga Termasuk Organisasi?”. Organisasi dikatakan adanya dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai sasaran. Dalam mencapai sasaran tersebut setiap organisasi mempunyai cara atau metode masing-masing. Cara atau metode ini biasanya direalisasikan melalui program-program. Pada ilmu manajemen  program-program ini disebut sebagai rencana. Mengutip dari buku manajemen  karangan Stoner, James A.f.; Freeman, R.Edward; Gilbert JR, Daniel R (1996) manajemen didefinisikan sebagai berikut:

manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. 

Dalam melakukan setiap program tentunya diperlukan sumber daya atau input dimana setiap anggota organisasi melakukan perannya masing-masing. Diperlukan adanya penyelarasan agar yang dilakukan tiap anggota dapat mencapai sasaran organisasi yang efektif. Dalam penyelarasan ini diperlukan koordinasi dan kepemimpinan. Yang harus diperhatikan selain itu adalah bahwa setiap organisasi biasanya memerlukan organisasi lain untuk mendukung berjalannya program-programnya. 

    1. Proses Manajemen
Tujuan umum terbentuknya keluarga adalah membentuk suatu keluarga yang bahagia, kekal abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap keluarga dapat merinci tujuan mereka mengacu pada tujuan umum tersebut. Kebahagiaan merupakan perasaan  subyektif, sehingga rasa bahagia antar individu bisa berbeda. Contoh: ada keluarga yang merasa lebih bahagia dengan memiliki banyak anak, tetapi sebaliknya ada yang beranggapan mempunyai 1(satu) anak bisa lebih bahagia karena beranggapan terjaminnya kesejahteraan dan perhatian. Jadi dalam setiap keluarga dapat merinci sasaran yang ingin dicapai berdasarkan situasi dan kondisi masing-masing. 

Setiap keluarga pasti mengharapkan sasaran yang ditetapkan hendaknya terwujud. Untuk mewujudkannya agar sesuai harapan semestinya mereka membuat rencana melalui program-program yang dibuat terlebih dahulu. Program tersebut dapat dibuat menjadi 3, yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 

Pada tulisan saya sebelumnya kita sudah sepakat bahwa keluarga adalah organisasi, sehingga dalam menjalankan program-program keluarga dikerjakan bersama-sama oleh semua anggota keluarga. Agar yang dikerjakan selaras maka perlu pendistribusian tanggungjawab dan koordinasi. Misalkan dalam bidang keuangan keluarga: sebelum awal bulan dibuat anggaran belanja selama sebulan. Pada keluarga tersebut telah disepakati istri sebagai PIC (Person In Charge). Otomatis si istri bertugas membuat rancangan anggarannya dengan persetujuan suami. Dalam pelaksanaannya istri berhak mencoret atau menunda jika ada anggota keluarga yang mengajukan pembiayaan yang belum dianggarkan. Atau bisa melakukan diskusi lagi agar dapat mensubsitusi dengan yang lainnya. Pada setiap evaluasi istri akan memberitahukan posisi keuangan pada suaminya, sehingga dalam merealisasikan anggaran selalu terkendali dan sedapat mungkin sesuai dengan rencana anggaran. Proses yang terjadi pada contoh tersebut tergambar adanya proses manajemen, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi.


Kesimpulan:
Keluarga termasuk organisasi, sehingga diperlukan manajemen dalam proses mencapai sasaran.*) By: Yunie Sudiro

Referensi:
  1. Yunie Sudiro (2019), Apakah Keluarga termasuk Organisasi?, Manajemen Rumah Tangga(.)com.
  2. Stoner, James A.f.; Freeman, R.Edward; Gilbert JR, Daniel R (1996), Manajemen Jilid 1, PT Prenhallindo, Jakarta. 

Selasa, 06 Agustus 2019

Apakah Keluarga Termasuk Organisasi?




Agar kita dapat menjawab pertanyaan di atas (judul), hendaknya kita memahami definisi organisasi, apa itu keluarga, status dan peran sosial suami maupun istri. 

  1. Definisi Organsasi
Sebelum kita dapat menyimpulkan apakah suatu keluarga dapat dikatakan sebagai organisasi, mari kita tengok terlebih dahulu apa itu organisasi. Mengacu pada buku manajemen karangan James A.f. Stoner, R.Edward Freeman dan Daniel R Gilbert JR, Organisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran yang spesifik atau sejumlah sasaran. 

Jadi setiap kelompok (tim) yang mempunyai tujuan yang sama dapat dikatakan sebagai organisasi. Organisasi ini bisa berbentuk formal atau informal. Organisasi berbentuk formal biasanya pendirian dan segala yang berkaitan disertai dengan dokumen-dokumen resmi. Contoh organisasi formal: Perguruan Tinggi, Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Sedangkan organisasi yang informal adalah sebaliknya. Organisasi ini tak memerlukan legalitas dalam pendirian dan operasionalnya. Contoh organisasi informal: kelompok ibu-ibu memproduksi kue kering. 

  1. Keluarga, Terbentuknya Keluarga dan Tujuan Berkeluarga
Mengenai masalah ini, saya telah menyinggung pada tulisan saya sebelumnya “Deskripsi Pekerjaan Dalam Rumah Tangga” bahwa fokus pembahasan saya mengenai rumah tangga dalam hal ini adalah sebuah keluarga yang didalamnya terdiri bapak beserta ibu dan anak-anaknya.

Bagi kita yang sudah berkeluarga tentunya sangat tahu bagaimana sebuah keluarga terbentuk. Bagi yang belum berkeluarga penting untuk mengetahui bagaimana  sebuah keluarga dapat terbentuk. Perlu diketahui bahwa keluarga terbentuk apabila terjadi pernikahan. Menurut Wikipedia, pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum dan norma sosial. Dengan demikian, apabila dua orang (pria dan wanita) telah melakukan proses di atas otomatis telah membentuk sebuah keluarga. 

Setiap kegiatan yang kita lakukan diharapkan memberikan manfaat.  Demikian juga halnya dengan pernikahan. Pernikahan dilakukan dengan maksud dan tujuan. Merujuk pada Wikipedia, pernikahan memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu membentuk suatu keluarga yang bahagia, kekal abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.  Setiap keluarga dapat menterjemahkan tujuan utama tersebut sesuai dengan persepsi masing-masing. 

  1. Status dan Peran Suami
Kita Kembali lagi pada peran sosial dan status sosial. Jika pada tulisan saya sebelumnya membicarakan tentang istri atau ibu rumah tangga, sekarang mari kita bahas status sosial sebagai suami. Dimana disebutkan sebelumnya bahwa peran sosial meliputi 3(tiga) peran, yaitu:

  1. Peran ideal, 
Peran ideal adalah peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status tertentu. Jika peran yang kita lakukan berbeda dari ekspektasi masyarakat maka dianggap tidak berperilaku sesuai norma masyarakat. Contoh: status sebagai suami, maka peran yang diharapkan sesuai statusnya sebagai suami atau kepala keluarga adalah mencari nafkah, mengayomi dan melindungi serta memenuhi semua kebutuhan anak-anak dan istrinya.

  1. Peran yang diinginkan 
Peran yang diinginkan adalah peran yang diharapkan oleh diri kita sendiri. Misalnya, seorang suami  yang berharap dapat bekerja penuh di luar rumah untuk mencari nafkah tetapi tetap bisa melakukan kewajibannya sebagai kepala keluarga.

  1. Peran yang dikerjakan. 
Peran yang dikerjakan adalah peran yang dilakukan seseorang sesuai kenyataannya. Misalkan seorang suami yang dalam kenyataannya mengurus rumah tangga.

  1. Keluarga adalah Tim
Kita sepakat bahwa pada bahasan ini keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak-anaknya, sedangkan suatu kelompok (tim) biasanya terdiri dari dua orang atau lebih yang saling bekerja sama. Karena keluarga terdiri dari 2 (dua) orang lebih yang dapat dipastikan saling bekerja sama, maka dapat dikatakan bahwa keluarga adalah sebuah tim. 


Selain keluarga merupakan sebuah tim, setiap keluarga yang terbentuk  juga mempunyai suatu tujuan. Secara  keseluruhan dapat disimpulkan bahwa suatu keluarga merupakan suatu organisasi, dimana dalam setiap anggotanya melakukan peran masing-masing sesuai kesepakatan keluarga tersebut.*) By: Yunie Sudiro.


Referensi:
  1. Stoner, James A.f.; Freeman, R.Edward; Gilbert JR, Daniel R (1996), Manajemen Jilid 1, PT Prenhallindo, Jakarta. 
  2. Yunie Sudiro (2019), Deskripsi Pekerjaan Dalam Rumah Tangga, Manajemen Rumah Tangga(.)com. 
  3. Wikipedia Bahasa Indonesia


Selasa, 16 April 2019

Deskripsi Pekerjaan dalam Rumah Tangga



Sebelum menguraikan hal-hal apa saja yang berkenaan dengan manajemen rumah tangga diperlukan pengenalan apa arti rumah tangga itu sendiri. Sehingga kita bisa mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang terkandung di dalamnya.

  1. Definisi Rumah Tangga 
Mengacu pada Wikipedia, berdasarkan referensinya, Haviland, W.A. (2003),  Anthropology, wadsword: Belmont, CA dikatakan bahwa rumah tangga terdiri dari satu atau lebih orang yang tinggal bersama-sama di sebuah tempat tinggal dan juga berbagi makanan atau akomodasi hidup dan terdiri dari satu keluarga atau sekelompok orang. Rumah tangga dalam arti luas, tidak hanya terbatas pada keluarga, bisa berupa rumah tangga perusahaan, rumah tangga negara dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam arti kata itu sendiri menurut kamus Bahasa Indonesia, rumah tangga (kata benda) yang mempunyai arti berkenaan dengan keluarga. Dan ada beberapa arti kata keluarga (kata benda) menurut kamus Bahasa Indonesia, salah satunya adalah bapak beserta ibu dan anak-anaknya. 
Dengan demikian rumah tangga yang saya maksud adalah sebuah keluarga yang didalamnya terdiri bapak beserta ibu dan anak-anaknya.

  1. Definisi Ibu Rumah Tangga
Untuk pendefinisian ini perlu kita pahami tentang peran sosial dan status sosial. Peran sosial adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status sosial bersifat statis. Peran sosial itu sendiri ada macam-macamnya. Masing-masing peran sosial itu dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 

  1. Peran ideal, 
Peran ideal adalah peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status tertentu. Jika peran yang kita lakukan berbeda dari ekspektasi masyarakat maka dianggap tidak berperilaku sesuai norma masyarakat. Contoh: status sebagai istri, maka peran yang diharapkan sesuai status kita sebagai istri adalah harus mengurus rumah tangga, yaitu harus mengurus suami, harus merawat dan mengasuh anak. Peran inilah yang umumnya disebut sebagai ibu rumah tangga.

  1. Peran yang diinginkan 
Peran yang diinginkan adalah peran yang diharapkan oleh diri kita sendiri. Misalnya, seorang istri yang berharap menjadi wanita karir dan tak ingin hanya sebagai ibu rumah tangga saja. 

  1. Peran yang dikerjakan. 
Peran yang dikerjakan adalah peran yang dilakukan seseorang sesuai kenyataannya. Misalkan seorang istri yang menjadi ibu rumah tangga dan bukan menjadi Wanita karir.

Pada jaman sekarang, sudah banyak para istri yang memiliki peran ganda dalam menjalani kehidupannya meskipun secara status sosial tetap sebagai istri atau ibu rumah tangga.

  1. Jenis-jenis Pekerjaan dalam Rumah Tangga dan Deskripsinya
Dengan berpatokan pada uraian definisi rumah tangga dan ibu rumah tangga, saya mengidentifikasikan jenis-jenis pekerjaan dalam suatu rumah tangga secara garis besar sebagai berikut:

  1. Pekerjaan rumah atau tata graha (house keeping)
Pekerjaan ini meliputi semua tentang kebersihan dan perlengkapan rumah. 
  1. Urusan dapur atau makanan dan dapur (food and kitchen)
Pekerjaan ini meliputi penyediaan makanan dan perlengkapan dapur.
  1. Keuangan keluarga (family finance)
Pekerjaan ini meliputi pencatatan harian keuangan dan perencanaan keuangan keluarga.
  1. Merawat dan mengasuh anak (parenting)
Pekerjaan ini meliputi semua hal tentang perawatan dan pengasuhan anak termasuk pendidikannya. 


Manajemen rumah tangga merupakan cara-cara pengaturan mengenai rumah tangga. Rumah tangga dalam hal ini adalah sebuah keluarga yang didalamnya terdiri bapak beserta ibu dan anak-anaknya. Berdasarkan peran sosial (peran ideal), yang berperan dalam pengaturan operasional rumah tangga ini dilakukan oleh para istri, yang selanjutnnya disebut sebagai ibu rumah tangga. Namun banyak pula para ibu rumah tangga ini memilih melakukan peran ganda dalam kehidupan sehari-hari, yaitu merangkap sebagai wanita karir. Ada beberapa jenis pekerjaan untuk menjadikan rumah tangga mencapai tujuan masing-masing. Untuk itu diperlukan adanya suatu pengaturan agar  dapat mencapai tujuan yang dimaksud.*) By: Yunie Sudiro.


Referensi:
  1. Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas; Rumah Tangga; id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_tangga; Diakses tanggal 16 April 2019.
  2. Tanti Yuniar, Sip; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Agung Media Mulia.
  3. Niza Lauzi (2017); Siap Menjadi Mama; Alex Media Komputindo, Jakarta.

Kamis, 04 April 2019

Memperbaiki Kancing Baju



Kali ini saya kepikiran untuk menuliskan hal-hal yang lebih sederhana. Menuliskan apa yang terjadi di sekitar kehidupan sehari-hari. Siapa tau suatu saat nanti anak cucu saya memerlukan referensi dalam perbaikan life skills mereka. Dan harapannya juga bisa bermanfaat untuk siapa saja yang memerlukannya. Mungkin para orang tua seperti saya merasakan di mana anak-anak sekarang tidak pernah bermain secara konvensional. Anak saya dan teman-temannya bermainnya secara virtual. Jaman saya bermain pasar-pasaran pasti menggunakan barang fisik sebagai simulasinya. Mau jadi penjual ikan, saya akan memotong pelepah pisang dengan bentuk ikan. Pada saat bermain itu otomatis saya belajar memotong. Kalau sekarang main game memasak juga ada memotongnya, cuman memotong dengan mouse. Makanya sampai anak saya duduk di bangku SMP belum bisa menggunakan pisau dengan baik. Kalau mengupas buah, buahnya tinggal kecil karena banyak yang dibuang sama kulitnya. Di sisi lain, mereka juga masih belum menyukai untuk belajar hal-hal semacam itu. Untuk itu, saya akan memulai menuliskannya agar suatu saat diperlukan mereka mendapatkan acuan. Apalagi di masa sekarang orang-orang di sekitar kita untuk mencari informasi pasti googling alias memanfaatkan internet.

Pada kesempatan ini, saya akan merinci cara membetulkan kancing baju. Saya tahu sebenarnya kita dapat menyerahkan pada tukang jahit atau orang-orang di sekeliling kita, tapi bagaimana jika harus dihadapkan pada kondisi tak ada yang membantu? Nah, kita tetap dituntut untuk bisa survive kan? Ini dia urutannya:

1. Siapkan alat-alat yang diperlukan: jarum, benang dan gunting. Khusus untuk yang mau reparasi saat menginap di hotel, biasanya disediakan dalam kemasan kecil.
2. Masukkan benang ke dalam lubang jarum. Untuk memudahkan disarankan untuk sedikit membasahi ujung benang. Ingat, jangan terlalu basah karena ini sekedar membuat ujung benang lebih kaku daripada saat kering.
3. Setelah benang berhasil masuk, potong benang sekitar 50 cm. Kemudian tarik ujung benang yang dimasukkan tadi sampai panjang keduanya sama. Tali ujung benang secara simpul dan akhir simpul harus kencang.
4. Sekarang kita sudah siap mengaplikasikan alat jahit ke baju yang diperbaiki. Tusukkan jarum dari arah balik baju tepat di bawah tempat kancing. Kemudian tarik ke arah luar atau tempat kancing berada. Masukkan jarum di lubang kancing, baru kemudian tusukkan lagi ke kain arah ke bawah. Saat itu kancing sudah menempel dan terikat dengan kain baju. Ulangi ikatan tersebut beberapa kali, misalnya 3-5 kali supaya kancing tidak mudah lepas.
5. Langkah terakhir adalah mengakhiri jahitan. Masukkan jarum pada bekas benang jahitan dari sisi dalam. Buat ikatan pada ujung benang sebelum digunting agar jahitan tidak mudah lepas. Lalu gunting sisa benang yang ada jarumnya. Sekarang baju jadi sempurna lagi.

Demikian cara membetulkan kancing baju yang terlihat sederhana untuk yang sudah terbiasa. Tapi, hal ini akan jadi sangat rumit bagi yang belum pernah melakukannya. Selamat mencoba bagi yang belum bisa.*)By: Yunie Sudiro.

Selasa, 02 April 2019

Cara Menanak Nasi




Adanya manajemen ditujukan untuk mencapai sesuatu dengan cara yang efektif dan efisien. Efisien berarti dapat menggunakan sumber daya seoptimal mungkin atau dapat dikatakan tanpa terjadi pemborosan. Agar tidak terjadi pemborosan diperlukan pengetahuan tentang proses setiap aktivitas yang terjadi, dalam hal ini terjadi pada sebuah rumah tangga. Karena dengan mengetahui proses, kita dapat mengeliminasi hal-hal yang dapat menyebabkan adanya pemborosan. Menanak nasi adalah salah satu aktivitas yang terjadi pada sebuah rumah tangga. Maka dari itu perlu diketahui bagaimana proses menanak nasi. Ada 2 (dua) cara menanak nasi, yaitu cara tradisional dan cara modern.

  1. Menanak Nasi Secara Tradisional
Cara ini dapat kita sebut sebagai cara manual, karena tidak menggunakan alat otomatis. Cara ini adalah cara tradisional, yang biasa dilakukan oleh para orang tua kita sebelum tercipta rice cooker. Proses pembuatan nasi pada cara ini lebih membutuhkan waktu dari kita sebagai operator. Hanya saja kita tetap harus mengetahui proses ini sebagai pengetahuan dalam mengambil keputusan dan juga antisipasi jika alat modern tidak tersedia.

Cara menanak nasi secara tradisional atau manual dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
  1. Cuci beras sesuai takaran yang diinginkan. Mencuci beras dibilas maksimum 3 kali untuk menghindari hanyutnya gizi yang terkandung di dalam beras bersama air. 
  2. Siapkan panci yang berisi air bersih sesuai ukuran beras, kira-kira 1 (satu) ruas jari telunjuk di atas beras, jika beras dimasukkan dalam panci. Banyak-sedikitnya air akan mempengaruhi seberapa lembek nasi yang dihasilkan.
  3. Letakkan panci di atas kompor, tunggu air mendidih, kemudian masukkan beras. Aduk beras dalam panci secara berkala sampai airnya habis menyusut. Kegiatan mengaduk dimaksudkan untuk menghindari adanya endapan nasi yang gosong ( intip dalam istilah Bahasa Jawa).
  4. Angkat panci yang berisi nasi setengah proses (setengah jadi) dari kompor.
  5. Letakkan panci untuk mengukus ( dandang dalam Bahasa Jawa) yang sudah berisi air secukupnya pada kompor. Panci ini dilengkapi dengan sekat sarangan di tengahnya untuk memisahkan air dan bahan yang dimasak. Tunggu air mendidih dengan ditandai keluarnya uap dari sarangan, kemudian masukkan nasi setengah jadi di atas sarangan panci tersebut dan setelah itu panci ditutup rapat. Nasi akan matang sekitar 30 menit. Untuk memastikan apakah nasi sudah matang atau belum dapat dilakukan dengan mengambil sebutir nasi dan menekannya. Jika dapat hancur semua berarti sudah matang dan jika ditekan tenyata masih ada yang keras pertanda nasi belum matang.
  6. Angkat nasi dari panci kukus, nasi siap dihidangkan.

  1. Menanak Nasi Secara Modern
Pada masa sekarang, segala hal dapat dilakukan secara lebih praktis karena tersedianya peralatan dan listrik. Alat untuk menanak nasi yang kita kenal adalah rice cooker.

Cara menanak nasi dengan menggunakan rice cooker dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
  1. Cuci beras sesuai takaran yang diinginkan. Mencuci beras dibilas maksimum 3 kali untuk menghindari hanyutnya gizi yang terkandung di dalam beras bersama air. 
  2. Siapkan panci yang terdapat di dalam rice cooker, masukkan beras dan tambahkan air bersih sesuai ukuran beras, kira-kira 1 (satu) ruas jari telunjuk di atas beras, jika beras dimasukkan dalam panci. Banyak-sedikitnya air akan mempengaruhi seberapa lembek nasi yang dihasilkan.
  3. Masukkan panci yang berisi beras dan air ke dalam rice cooker, kemudian tutup rapat. Sambungkan steker rice cooker pada listrik, selanjutnya nyalakan tombol "cook"
  4. Nasi akan matang sekitar 20 menit untuk rice cooker yang mempunyai daya listrik 750 watt. Untuk rice cooker yang mempunyai daya lebih kecil akan memerlukan waktu lebih lama. Nasi sudah matang ditandai dengan matinya tombol “cook”. Umumnya tombol berpindah ke tombol “warm”. Ini berarti nasi sudah matang dan siap dihidangkan.


Dengan mengetahui proses menanak nasi, ada kemungkinan kita dapat mengurangi waktu proses dan mengurangi bahan bakar melalui perbaikan proses pada masing-masing rumah. Selain dapat membantu mengeliminasi pemborosan, pengetahuan proses menanak nasi juga membantu memberikan pengetahuan pada para penerus kita yang belum sempat atau belum berniat mempelajarinya.*) By: Yunie Sudiro.