Bersosialisasi di banyak tempat akan membuat kita lebih baik dalam kehidupan bersosial. Di samping itu, setiap kelompok mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga akan membantu pengayaan atas diri kita. Mengikuti kegiatan rombongan wisata di lingkungan sekitar kita adalah salah satu sarana yang dapat mendukung tujuan di atas. Berikut adalah pengalaman saya mengikuti rombongan ibu-ibu wisata ke kota Solo dan Telaga Sarangan. Sehubungan dengan pembahasan optimalisasi dalam rumah tangga, kira-kira apa yang dibeli jika para ibu-ibu wisata ke dua tempat tersebut?
Sekitar jam 06.00 kita berangkat dari surabaya, masuk tol langsung turunnya di kota Solo. Jam 10.00 bus sudah memasuki kota Solo. Pemandangan yang mencolok yang tertangkap mata saya saat itu adalah sebuah monumen yang berbentuk keris. Setelah saya coba mencari tahu dari berbagai sumber monumen ini disebut sebagai Tugu Keris. Tujuan pertama yang akan kami kunjungi, yaitu Toko Roti dan Oleh-oleh Or**n. Toko ini menjual Roti dan aneka oleh-oleh khas solo dan sekitarnya. Pengunjung dari toko ini mayoritas para wisatawan. Di toko ini rata-rata anggota rombongan saya membeli untuk oleh-oleh yang di rumah dan juga ada yang buat sanak saudara.
Selanjutnya kita menuju PGS (Pasar Grosir Solo). Hal ini mengingatkan saya akan PGS Surabaya karena sebutan yang sama. Kalau PGS yang ini kepanjangan dari Pusat Grosir Surabaya. Bus melaju menuju PGS. Menurut perkiraan saya, tempat parkir bus berada di lokasi sekitar 100 meter dari pintu masuk PGS. Begitu kami turun bus, banyak tukang becak menawarkan jasanya. Waktu itu saya memilih jalan kaki, karena memang terasa sangat dekat. PGS menyediakan aneka produk sandang, terutama batik. Sejauh mata memandang hampir semua yang terlihat adalah batik. Saya bersama rombongan menyusuri setiap lorong stan. Di sana tersedia juga food court. Jadi kita bisa melepas dahaga, ngemil-ngemil di saat sedang penat saat berbelanja. Di PGS para anggota rombongan saya banyak yang tak berbelanja. Beberapa diantaranya memberikan alasan bahwa untuk membeli batik dengan kualitas dan jenis yang rata-rata tersedia di sana sama saja dengan yang tersedia di suatu tempat di Surabaya. Bagi mereka ke PGS dinikhmati sebagai sarana piknik belaka. Meskipun begitu tetap saja ada yang berbelanja, mungkin mereka menemukan jenis dan kualitas yang berbeda dengan yang tersedia di Surabaya.
Perjalanan berikutnya menuju Telaga Sarangan. Sepanjang perjalanan awalnya datar-datar saja. Tapi lama kelamaan saya merasakan tanjakan. Saya tak mengira kalau ternyata lokasi telaga sarangan di wilayah perbukitan seperti Tretes. Selama ini saya mengira kalau telaga sarangan adalah hanya sebuah telaga di dataran rendah seperti Surabaya. Bus terhenti di depan loket pembayaran pintu masuk Telaga Sarangan. Tertulis pengumuman tarif masuk di depan loket, dewasa = Rp 19.000 dan anak = Rp 9.000. Di sini juga tempat parkir bus tidak berada di tepi telaga. Kami harus berjalan kaki sekitar 50 meter. Setelah berjalan sebentar langsung terlihat pintu masuk telaga. Antara pintu masuk dan telaga berjajar stan yang rata-rata berjualan sayur dan buah di kanan dan kiri jalan. Kami menyusuri stan-stan tersebut. Kami sepakat ke telaga dulu sebelum belanja-belanja. Sekitar jam setengah lima sore kami berada di telaga, sehingga kami bisa nyaman menikhmati wisata tanpa harus berpanas-panas. Di sana kita bisa hanya memanjakan mata dengan melihat pemandangan, atau berkeliling dengan menyewa kuda, atau bisa juga menyewa perahu. Setelah puas menikhmati pemandangan, kita kembali ke bus dan berbelanja. Namanya ibu-ibu…, pasti gemas ingin mampir saat melihat buah dan sayuran yang tampak lebih segar dan lebih besar ukurannya. Rata-rata mereka membeli alpukat dan brokoli. Selain itu juga banyak yang membeli jeruk, durian dan macam-macam sayuran lainnya. Rata-rata buah dan sayuran di sana mempunyai kualitas memadai dengan harga yang lebih murah dari harga di Surabaya.
Kami kembali ke bus saat hari mulai gelap. Perjalanan berikutnya semakin menanjak, ditambah lagi gelap gulita di luaran sana. Tujuan terakhir adalah makan malam di Mb** Dj** Resort. Waktu itu, restoran masih tampak sepi. Sebagian dari kami langsung menuju mushola dan sisanya menyerbu tempat prasmanan untuk menuang teh ataupun kopi panas. Menu di sini menyajikan khas makanan Jawa, termasuk mendoan dan pisang goreng. Menurut pengamatan saya, semakin bertambahnya umur selera makan orang-orang di sekitar saya semakin bergeser ke makanan tradisional. Pada kesempatan ini ibu-ibu sangat antusias dengan menu masakan Jawa. Dan kira-kira jam dua belas malam kita sudah sampai lagi di Surabaya.
Saat berwisata kadang kita terlena akan perasaan bersenang-senang, sehingga tak jarang kita membeli barang tanpa berfikir panjang. Pada pengamatan saya selama pergi bersama rombongan ibu-ibu ternyata dalam menentukan apa yang akan dibeli tetap menimbang untung ruginya. Untuk itu, pengalaman dan pengamatan saya di atas dapat dijadikan salah satu referensi jika hendak beli oleh-oleh ketika pergi ke Solo dan Telaga Sarangan. *) By: Yunie Sudiro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar