Libur telah tiba.. Libur
telah tiba.. Nyanyian Tasya kecil serasa terngiang di telinga disaat anak-anak
usai menerima raport. Putra dan Putri naik kelas dengan nilai di atas yang distandarkan. Apapun hasilnya merupakan
jerih payah mereka yang patut mendapatkan apresiasi. Setiap anak mempunyai
tingkat kemampuan masing-masing. Menurut saya, reward tak harus diberikan pada saat anak mendapatkan nilai "A",
tapi berdasarkan usaha yang mereka kerahkan untuk mencapai sesuatu yang lebih
baik. Begitupun Putra dan Putri menagih liburan sebagai reward usaha mereka
untuk dapat meningkatkan nilai di akhir tahun ajaran.
Liburan kenaikan kelas selama
3 mingggu. Kami sepakat untuk berlibur ke Bali di minggu ke 2. Semua kami siapkan
seminggu sebelumnya, termasuk kejelasan cuti suami. Harapan kami adalah, mungkin
libur minggu ke 2 tak seramai minggu ke 1, sehingga kami tak menghadapi
hambatan yang berarti untuk mendapatkan tiket pesawat dan hotel sesuai dengan
budget.
Sebelum hari H kami sudah
mulai merancang kira-kira setiba di TKP harus ke mana saja. Sehari sebelum
keberangkatan kami mulai berkemas. Packing dimulai.. Penentuan prioritas barang
bawaan adalah keputusan penting. Mana yang harus dibawa dan mana yang harus
ditinggal kadang menjadi pilihan yang sulit. Apalagi kami sudah sepakat membawa
kamera beserta tripod nya agar kita dapat foto berempat tanpa mengganggu orang
lain. Akhirnya ritual awal sesuai jadwal. Malam itu packing kelar. Oh ya, saya akan
sangat menikmati setiap detail perjalanan yang saya lalui. Sehingga saya juga
akan suka menceritakannya lagi melalui tulisan ini.
Pagi yang dinantikan telah
tiba.. Pesawat kami terjadwal berangkat pukul 11.00 WIB. Putra terbangun paling
pagi karena dia juga yang paling bersemangat menunggu hari keberangkatan. Usai
mempersiapkan diri kami berangkat ke bandara. Sekitar jam 10.00 WIB kami sudah
di sana. Ini adalah awal perjalanan kami selama 4 hari 3 malam. Taxi yg kami
tumpangi tak dapat berhenti tepat di depan tempat keberangkatan karena telah
berjajar beberapa mobil hitam yang dikawal beberapa pria kekar berambut cepak
dan berseragam, sebagian berbaju safari gelap....pasti sebagian teman-teman
sudah bisa menebak mobil siapa... dan sebagian juga ada yang bertanya-tanya
mobil siapa? .. He ..he.. Kami harus berhenti beberapa meter setelah rombongan
mobil hitam. Semua tas telah diturunkan
dari bagasi, sayapun harus berlari mengambil trolly yang jaraknya yg tidak bisa
dibilang dekat. Meski demikian kami menikmatinya, yang penting waktu masih
cukup buat check in. Kami juga masih sempat membungkus travel bag dengan
plastik pelindung. Apa ya istilahnya... bag wrapping, mungkin, saya tak begitu
perhatian, yg saya perhatikan label harga jasa layanannya yaitu Rp 35.000. Saat
ini saya masih berfikiran mending mengeluarkan ongkos daripada tas rusak atau
isi tas diobrak-abrik oleh tikus-tikus bagasi. Karena saya pernah mengalami tas
dirusak saat dari Kuala Lumpur ke Jakarta.
Gambar 1: Tas dan
pelindungnya.
Keberangkatan sesuai jadwal,
tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai saat jam makan siang. Sepanjang
koridor yang kami lalui banyak tulisan selamat datang. Seperti biasa saya tak kan
pernah melewatkan kesempatan untuk berpose di depannya... Dan .. cheers...narsis
dimulai.. He..he..
Gambar 2: Selamat Datang
"Ayoo makan..."
kicauan 2 kurcaci yg selalui mengikuti kami. Kedua anak saya paling gak bisa
nahan lapar kecuali saat berpuasa (terpaksa kali...). Padahal keduanya ditahun
kemarin sebulan puasa penuh tanpa ada bolong. Semoga bulan Romadlon di tahun ini juga bisa
melewatinya seperti tahun lalu. Amien.... Mereka minta makan siang di Burger
King (BK). Maklum di Surabaya belum ada, jadi kalo ada kesempatan mampir pasti
mereka minta. Dengan masih mendorong troly kami bergegas mencari counter BK. Di
BK terlihat kursi penuh terisi, untung di teras ada satu meja yang mulai
bergegas. Akhirnya saya duduk menjaga meja, yang lain pergi ke dalam memesan
makanan. Tiba-tiba ada 2 perempuan
menghampiri saya. Usia mereka kira-kira 20 an. Awalnya minta ijin ngobrol 3
menit. Saya mempersilahkan, ternyata minta donasi untuk sebuah yayasan sosial
dengan cara jual voucher. Vouchernya macam-macam, ada restoran dan lainnya yang
lokasinya di Bali semua. Padahal saya kan di Bali hanya 4 hari dan belum tentu
mengunjungi tempat-tempat yang tertera di voucher tadi. Selain itu donasi kan
tidak harus melalui mereka. Dengan halus saya menolaknya. Dan di mbak-mbak tadi
dengan sopan meninggalkan saya. Bertepatan saat itu, Putra memanggil saya agar
segera pesan makanan. Sambil menunggu pesanan tak lupa saya mengabadikan
suasana BK.
Gambar 3: papa di BK
Perut sudah kenyang, bisa
dipastikan untuk sementara waktu tidak ada yang rewel. Segera kami kembali ke
counter pemesanan taxi. Dan tak lama kita sudah sampai di hotel. FYI, kami
menginap di hotel Bali Kuta Resort (BKR). Kami mendapatkan kamar di lantai 1
dengan view pool. Beberapa saat kami menikhmati kamar dan sempat berfoto di tepi
kolam renang.
Gambar 4: Menunggu taxi
Gambar 5: Dalam kamar
Gambar 6: Di kolam renang
Tak terasa saat itu
menunjukkan pukul 4 sore waktu setempat (WITA). Kalo jam saya sih masih pukul
3, karena saya malas merubahnya. Saya dan suami teringat akan rencana agenda
kami. Langkah 1 adalah menemui bagian layanan tour hotel. Saya dan suami
langsung mendiskusikan jadwal perjalanan kami selama di sana. Rencana besar awal,
hari 1 dinner di Jimbaran, hari 2 watersport di laut dengan cruiser ship, hari
3 elephant riding, hari 4 pulang dan beli oleh-oleh. Untuk ke Jimbaran saat
ityu sudah dipastikan clear. Untuk hari ke 2 maunya kita pakai Quick Silver cruiser
ship tapi penuh dan waiting list untuk hari ke 3. Kepastian akhirnya baru didapat
hari ke 2 dengan alternatif Island Explore Fun Ship Cruise. Akhirnya kita
putuskan hari ke 2 ke Elephant Park di Bakas.
Saya ingin jam 17.30 sudah berada
di pantai Jimbaran. Ternyata perjalanan dari hotel memerlukan waktu 1 jam
termasuk antisipasi macet. Otomatis 30 menit lagi kita harus sudah meninggalkan
hotel. Segera saya ke kamar menyiapkan anak-anak. Kebetulan jalanan tak semacet
yang diperkirakan, sebelum setengah enam kami sudah duduk di meja yang terletak
di bibir pantai. Untung masih tersisa 1 meja di posisi yang kami incar, yaitu
sisi paling dekat air laut. Telat 10 menit aja rasanya kami tak kan mendapatkan
tempat di deretan tersebut. Di posisi itu saya dapat menancapkan tripod di
depan meja. Kami juga bisa berkejaran dengan ombak sambil mengawasi
barang-barang bawaan. Oh ya, saat itu kita dibelokkan sama guide tour kita yang merangkap sopir di Dewata
Cafe. Setelah kita duduk langsung disodori menu minuman. Minuman yang disediakan
beragam, yang beralkohol semacam cocktail juga ada. Menu makanan diberikan menyusul. Kita bisa
main di pantai dulu sepuasnya baru pesan untuk makan malam di saat mentari
sudah tenggelam. Iseng-iseng saya memperhatikan meja-meja di sebelah. Sebelah
kanan bule berbahasa Inggris, sebelah kiri turis juga berwajah oriental
bahasanya mirip mandarin --tapi saya tak yakin kalo mandarin, karena saya gak
bisa bahasa mandarin...he..he.. Tak lama kemudian datang serombongan pengamen
cafe. Mereka bernyanyi dari satu meja ke meja lainnya sambil menyapa, mungkin
sebagai bentuk keramah tamahan terhadap pengunjung. Dan para pengunjung dengan
suka rela memberikan tips terhadap mereka. Lampu-lampu mulai dinyalakan, payung
pantai mulai di angkat, tanda mentari mulai meredup. Saya langsung memesan menu
makan malam. Teman-teman pasti tau di Jimbaran yang tersedia adalah sea food,
jadi proses masaknya agak lama, misal bakar-bakar dulu dan tentu masaknya antre.
Makanan siap santap di saat yang tepat. Kami sekeluarga menikmatinya di antara
temaram lampu, disertai suara deburan ombak, beratap langit dengan kaki menyentuh
pasir putih nan lembut.
Gambar 7: Berempat di
jimbaran
Gambar 8: Bersama pengamen.
Kenyang dan puas menyelimuti
perasaan kami di malam itu. Pengantar kami sudah mengintip di gerbang cafe. Kami
minta waktu sebentar untuk ke toilet dan berusaha membuat baju Putra lebih
kering karena basah saat main di pantai. Sebagai pengalaman jika suatu saat
makan di sana harus bawa baju cadangan. La...la..la.. mobil melaju memecah
kemacetan malam di Kuta membawa kami kembali ke hotel (bersambung ke bagian 2)
** by: Yunie Sudiro.