“Kakak kalo sudah mulai ketiak sama pipisnya berbulu itu tanda-tanda mau dewasa...,” celetuk Putra. Kakaknya langsung merebut komik yang dibaca Putra. “Ini tentang pertumbuhan,” Putra masih berusaha menjelaskan. Ternyata komik yang dibacanya cukup membantu saya untuk memberi pengantar tentang pubertas, meskipun hanya membahas dari sisi perubahan fisik. Kan konsumsi anak-anak, mungkin itu memang sudah porsinya.
Putri semakin hari cemas karena teman-teman perempuannya semakin banyak yang sudah menstruasi. Dia kayaknya ngeri kalo itu terjadi pada dirinya. Perlu pembaca tahu, Putri itu paling takut sama yang namanya darah. Jika tubuhnya ada yang lecet sampai berdarah , dia teriak-teriak minta tolong dan gak mau lihat. Demikian juga pada saat dia mendapatkan menstruasi yang pertama. Putri teriak-teriak ketakutan. Padahal saya sudah selalu mengingatkan bahwa dia pasti akan segera mengalaminya. Dengan memberinya pengertian dan selalu mendampinginya, akhirnya Putri bisa melewati kepanikannya. Mendampingi di sini bukan berarti kita selalu ada secara fisik, tapi harus selalu ada pada saat dia butuh bicara dengan kita sebagai ibu.
Anak perempuan saya sudah mulai menginjak dewasa, minimal secara fisiologis. Saya menjadi khawatir karena saya yakin Putri belum paham tentang perubahan yang dia alami. Secara mental dan perilaku, dia itu masih anak-anak. Saya merasa berhutang sama Putri untuk menjelaskan masalah reproduksi. Saya ingin dia bisa menjaga dirinya sebagai seorang perempuan.
Kebetulan materi pelajaran IPA yang dipelajari Putri adalah masalah perkembangbiakan. Hal ini lebih memudahkan saya untuk menyisipkan petuah-petuah lama demi harga dirinya. Saya menjelaskan terjadinya menstruasi dan sistem reproduksi wanita. Selain itu, saya juga menjelaskan sistem reproduksi laki-laki. Saat itu Putri terlihat mengerti bahwa mempertemukan sperma dengan sel telur akan terjadi pembuahan.
Hari-hari selanjutnya Putri sudah tidak membahas masalah itu. Entah apa yang ada dalam benaknya, tahu-tahu suatu sore dia mendatangi saya dan membahasnya lagi. Dan terjadilah percakapan berikut:
Putri : “Ma, sperma itu diproduksi dimana?”
Saya : “Lho kakak kok lupa, kan kemarin mama sudah bilang ‘testis’”.
Putri : Oh iya....trus, gimana cara memasukkan sperma ke sel telur?”
Saya : ...(surprise saya mendengarnya....terpaksalah saya mengutarakannya lebih eksplisit)......Hmmm....dengan cara memasukkan penis ke dalam “itu” (saya dengan menunjuk ‘Miss V’ nya).
Putri : “Berarti mama dulu hamil karena digituin papa??”
Saya : “..Iya...”
Putri tampak puas dengan jawaban saya. Begitu ada kesempatan sayapun menyempurnakan jawaban tentang pertanyaannya dulu mengenai “diperkosa” serta menyinggung sedikit tentang pernikahan. Saya merasa lega mendapat kesempatan menjelaskan masalah tersebut daripada dia mendapatkan informasi yang salah. Harapan kami sebagai orang tua, hal ini bisa menjadi bekal Putri untuk menjaga dirinya.
Putri berlari menuju kamar adiknya. Di sana dia mengajak adiknya bercanda. Di sela-sela gurauan, Putri bermaksud memberitahu tentang apa yang dia tahu. “Tahu nggak gimana caranya mama hamil kamu??”, Untunglah saya menyusul ke kamar adiknya. Ssstt....saya mengingatkan Putri kalo adiknya belum saatnya untuk tahu :-)
By : Yunie Sudiro