Minggu yang cerah, langit tampak bersih dari noda mendung. Sang Putri dan Sang Pangeran sangat menikmati hari libur mereka. Semenjak bangun tidur sudah sibuk membaca dan main game. Merekapun terperanjat setelah melihat kami siap pergi meninggalkan rumah, padahal sebelumnya sudah diperingatkan untuk bersiap-siap. Mereka terlihat sangat antusias menemani nenek-kakek mereka ke Museum Kereta Ambarawa meskipun sudah pernah mengunjunginya beberapa waktu yang lalu.
Saya akan mengemukakan rute yang kami lalui, siapa tahu ada teman-teman pendatang yang masih bingung dengan jalur Semarang-Ambarawa. Saya memulai rute perjalanan dari bundaran Kali Banteng (dekat Bandara Ahmad Yani) masuk ke arah Jl. Abdurahman Saleh. Saya sangat menyukai rute ini karena terhindar dari macet dan sepanjang jalan dapat mencuci mata dengan pemandangan alam nan hijau. Oleh karena itu jalur ini sangat cocok dilalui di siang hari, kalau malam lebih baik melalui jalur kota yang ramai dan terang. Setelah masuk jalan ini, dengan kondisi jalan mendaki yang kontur tanah yang semakin naik kita mengikuti jalan utama sampai menuju arah perumahan Greenwood. Lepas dari perumahan ini kita dapat melihat hamparan hutan karet sejenak. Saat itu matahari mulai tak tampak, gerimis mulai jatuh di kaca mobil yang kami tumpangi. Padahal perjalanan baru sekitar 20 menit dari bundaran Kalibanteng yang tak ada tanda-tanda turun hujan. Jalur ini akan melintas di depan obyek wisata Ngrembel Asri, yang beberapa ratus meter lagi ada pertigaan pasar Gunungpati, kita harus belok ke kiri menuju arah Ungaran. Kita mengikuti jalan utama yang termasuk wilayah Gunungpati, sampai jalur ini habis dan ada tanda verboden, kita harus belok kiri mengikuti petunjuk arah Jogja/Solo. Sebenarnya ada jalan yang lurus, tapi yang dari arah Gunungpati dilarang masuk karena jalur searah. Selanjutnya kita bertemu jalan antar kota arah Jogja/Solo, belok ke kanan mengikuti petunjuk arah Jogja/Solo. Kita akan melewati kota Ungaran dan selanjutnya Bawen. Pada saat di Bawen, jalan terbagi dua yaitu lurus arah Solo dan ke kanan arah Jogja. Untuk ke Ambarawa kita pilih arah Jogja.
Sampailah kita di kota Ambarawa. Sang pangeran dan sang putri bersorak sorai karena sudah dekat tempat tujuan. Apalagi ketika melihat monumen tank dipertigaan depan museum Palagan Ambarawa. Kita tinggal belok ke kiri, tak lama kita sudah melihat petunjuk “Museum Kereta Api Ambarawa” yang terletak di sebelah kanan jalan. Sekitar jam 11 kita sampai, parkir sudah dapat di tempat agak jauh dari lokasi. Suasana stasiun sudah ramai, saya bergegas ke loket membeli tiket. Harga per tiket Rp 5.000,-. Dari awal kami berencana naik Lori Wisata Ambarawa - Tuntang. Terlihat para pengunjung sudah antri di depan loket, tak ketinggalan sang mantan pacar ikut berjuang mendapatkan tiket. Nasib mujur belum berpihak pada kami, antrian tinggal dua orang tiket habis dan loket ditutup. Akhirnya kami menunggu loket dibuka lagi untuk pemberangkatan berikutnya, yaitu jam 13.00. Sambil menunggu, waktu bisa dimanfaatkan dengan melihat-lihat isi museum, menikhmati jajanan-*yang paling bikin kangen adalah merasakan hangatnya minuman ronde; hmmmm...*, melihat-lihat souvenir yang dijual para pedagang, dan.....berfoto...cheeerss.....
Gambar 1 : Peron stasiun
Gambar 2 : Lokomotif kereta uap
Menjelang jam 12.00 para calon penumpang tampak mulai antre meski loket masih tertutup rapat. Akhirnya loket untuk tiket “E” dibuka. Karena kereta yang dimaksud adalah sama yaitu kereta wisata Lori, maka tiket tiap pemberangkatan ditandai dengan kode abjad. Oh ya, harga tiket ini adalah Rp 10.000 per orang.
“Bagi calon penumpang dengan tiket E harap bersiap-siap”, seru petugas.. Tiket “E”....kamipun beranjak ke tempat pemberangkatan. Ingat, tiket kereta tanpa tempat duduk, jadi kita harus pasang kuda-kuda untuk berebut tempat, he..he... Buat yang belum berpengalaman soal rebut-merebut di tempat duduk kereta kelas ekonomi, strategi awal: cari pintu yang berseberangan rel karena tidak dipakai pintu keluar penumpang sebelumnya. Yang ke dua: segera naik kereta begitu kereta berhenti dan langsung duduk ditempat yang diincar. Tepat jam 13.00 kereta berangkat menuju stasiun Tuntang. Sepanjang perjalanan kita disuguhi panorama Rawa Pening dengan udara yang begitu segar, jauh dari polusi. Begitu sampai stasiun Tuntang, kereta berhenti sejenak dan langsung balik ke stasiun Ambarawa lagi. Perjalanan pergi – pulang stasiun Ambarawa – Tuntang memakan waktu kira-kira satu jam.
Gambar 3 : Rawapening
Weekend telah berakhir. Tenaga harus dikerahkan kembali untuk menyambut aktivitas di hari Senin. Hampir lupa sang putri dan sang pangeran masih ada ulangan harian yang harus dihadapi. Mereka harus mengulang materi ulangan walau dengan berat hati.... “Ma, tolong tanya : penyerahan kekuasaan di Indonesia dari Belanda kepada Inggris ditandai dengan perjanjian apa ....? Saya membantu menjawab soal tersebut hanya dengan mengingatkan kalau tadi kita dari sana. Dan sang putri langsung bisa menjawabnya, yaitu perjanjian Tuntang. ... ...
By: Yunie Sudiro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar