"Suami saya bekerja di bagian marketing...salah satu job nya adalah ikut merekrut tenaga penjual langsung (direct sales). Suatu hari, pada hari libur ada pelamar "gadis muda" yang datang ke rumah menyerahkan lamaran. Waktu itu saya yang membukakan pintu dengan mengenakan busana seadanya-----baby doll------ Setelah saya persilahkan duduk, si gadis langsung memerintah saya..."mbak, tolong dibikinkan minum...." Alamak..saya dipikirnya bukan nyonya rumah tapi dikiranya ART (Asisten Rumah Tangga). "
Jauh sebelum itu, di suatu departement store. "Dik, ini lho bagus buat busana harian" kakak ipar saya seraya menunjukkan terusan kasual. Kemudian beliau menceritakan tentang apa yang telah dialami oleh salah satu dari rekan kerjanya, sebut saja Bu 'G'. ----Pada suatu hari, Bu 'G' sedang mengarahkan asistennya merapikan halaman depan rumah. Kemudian datanglah seorang tamu dan seraya berkata pada Ibu 'G', "Ibunya ada?"... si Ibu sebagai nyonya rumah langsung merasa bahwa penampilannya yang waktu itu mengenakan daster lah yang menyebabkan tamunya menganggap dirinya sebagai pekerja di rumahnya.
Lain lagi dengan obrolan teman saya yang lain. Dia adalah teman sekost saya waktu kuliah. Kita adalah teman seangkatan dan sejurusan. Mungkin dia lebih gigih dari saya, hingga dia bisa wisuda 1 (satu) semester mendahului teman-teman seangkatan. Setelah wisuda dia langsung bekerja. Entah kenapa sekitar hampir setengah tahun dia memutuskan untuk resign dari tempat kerjanya. Sekitar beberapa bulan dia beristirahat sambil mencari pekerjaan pengganti. Pada saat masa menganggur dia sempat bilang kepada saya: 'nggak enak nggak kerja, nggak bisa dandan--nggak bisa pakai lipstik, nggak bisa pakai sepatu berhak tinggi,..bla...bla...bla...
Semua kejadian yang saya paparkan adalah merupakan efek dari paradigma lama, yaitu bahwa ibu rumah tangga cuma selalu di rumah, tidak bertemu siapa-siapa. Pakai daster saja cukup. Akhirnya sebagian dari mereka menganggap bahwa penampilan bukan merupakan suatu prioritas. Padahal penampilan terbukti bisa mendongkrak rasa percaya diri seseorang.
Untuk itu, kita sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah sebaiknya juga memperhatikan penampilan kita. Bagaimana kita di rumah, bagaimana kita di pesta, bagaimana berdandan sesuai pada tempatnya. Jadi bukan hanya wanita pekerja yang harus punya koleksi sepatu dan tas. Tapi, kita sebagai ibu rumah tanggapun seharusnya mempunyai koleksi sepatu dan tas. Selalu tampil rapi dan cantik merupakan upaya menghargai diri kita sendiri karena pada kenyataannya penilaian awal seseorang terhadap kita selalu tergantung pada pandangan pertama. Selain itu juga tidak mempermalukan orang-orang di sekitar kita, terutama suami. Jangan sampai ada yang berpendapat kita tak cocok berada di samping suami. Sttt ...tujuan lainnya sebenarnya adalah salah satu strategi biar para suami kita tidak cari yang 'segar' di luaran.
Sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah seharusnya tetap selalu menjaga penampilan. Penampilan tidak harus mahal, yang penting sesuai pada tempatnya dan orang lain dapat mengenali kita sebagai nyonya rumah.*)By : Yunie Sudiro
2 komentar:
saat memilih mjd ibu rt, orang akan mengasihani kita bhkan menghina kita yg hanya tinggal di rumah. padahal banyak ibu rt yg berprestasi di masyarakat, rapi, cantik, menarik, pintar. ttp kl kita memilih berkarier di luar rimah, masyarakat pun akan menghakimi kita sbg ibu yg tdk sayank keluarga. maka stop melabeli diri. yang perlu kita lakukan adlh menggali potensi yang ada dlm diri kita, hingga kita menyadari keunikan yg ada dlm diri masing2..
Saya setuju sekali sama pendapat mba Astrit...
Posting Komentar